d'Masiv dan Masivers Belitung Community

Rabu, 15 Agustus 2012

Nikki autonation live in concert d'Masiv

Ini dia poster dari nxikki autonation live in concert d'Masiv . Poster- poster ini banyak benar di tempel di banyak tempat .
Tidak di sangka-sangka , band besar seperti d'Masiv sudah datang ke Belitung pada tanggal 14 Juli 2012 .

album persiapan







d’Masiv “Persiapan”  Matang Di Album Ketiga

Dipenuhi dengan variasi warna musik, ketukan yang berbeda dibanding dua album sebelumnya. Ingin memutar-balikkan mitos ‘album ketiga’, yang selama ini menghantui band-band muda. 

“Ini sequel dari dua album sebelumnya,” kata Rian, memulai ceritanya tentang album ketiga d’Masiv ini. Diberi nama “Persiapan”, album ini menggambarkan sebuah langkah awal, yang selalu dibutuhkan oleh hampir semua kegiatan apapun. “Sebuah hajat besar pun dimulai dari persiapan,” kata Rian memberi analogi.
Walau sudah menelurkan dua album, d’Masiv tetap merasa mereka harus melakukan persiapan. Sebab, mereka merasa perjalanan yang dilakukan saat ini baru berada di tahap-tahap awal, belum di tengahnya, konon lagi di ujung.

Cover album ini menjadi wakil paling kasat mata dari semua itu, dan juga mengisyaratkan keinginan d’Masiv untuk menjadi lebih besar dari yang sekarang. Di sampul album itu terpampang foto The Beatles, dan peta dunia. “Peta itu cerminan cita-cita kami untuk berkeliling dunia,” kata Rian. Sejauh ini d’Masiv memang sudah manggung di beberapa negara, tetapi mereka ingin lebih jauh lagi. Sementara The Beatles adalah cerminan dari cita-cita lain yakni, agar karya d’Masiv tetap hidup abadi di telinga pendengarnya.
Yang tetap dipertahankan d’Masiv adalah konsep tanpa wajah personilnya di sampul album. 

Di dua album pertama hal itu diperlihatkan dengan mengosongkan bagian wajah. Di “Persiapan”, hal itu tetap juga dilakukan. Rian, misalnya, digambarkan bernyanyi dengan memalingkan wajah ke belakang. “Kami ingin dihargai karena karya, bukan karena orangnya,” ungkap Rian tentang konsep tersebut.
Di album ketiga ini ada sedikit kejutan bagi Masiver, julukan untuk para pecinta d’Masiv. “Foto-foto mereka kami masukkan ke dalam sampul album,” jelas Rian. Bagi d’Masiv, para fans itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanannya. “Kami tidak akan sampai di titik ini bila bukan karena Masiver,” ungkap Rian.
Meski tetap mengambil tema cinta sebagai pondasi, d’Masiv mencoba mengemasnya dengan cara berbeda. Mereka menyodorkan sejumlah variasi beat, aliran musik, dan format olah vokal berbeda-beda di album ini.
Tetapi, bukan berarti d’Masiv melupakan benang merah musik mereka, yang membuat nama band ini menjadi besar seperti sekarang. Rian tetap datang dengan komposisi apik, dengan lirik-lirik ‘beracun’-nya, yang membuat para pendengar terkesima, larut di dalamnya. Lengkap dengan warna vokal khas milik Rian.


Natural, yang menjadi single perdana album, ini adalah salah satu lagu ‘racun’ tadi. Malah, sebagai benang merah kesinambungan album ini dengan kumpulan karya sebelumnya, Rian dan kawan-kawan cukup banyak mempersembahkan lagu macam itu. Ini bisa didengar di Bertepuk Sebelah Tangan, Kehilangan, Beri Kami Yang Terbaik, Aku dan Kamu (Hanya Tuhan yang Tahu), dan Berbesar Hati.
Di album ini, Rian berkolaborasi dengan Benny Hadislani, seorang sahabat sekaligus tetangganya. Keduanya memadu ide dalam empat lagu yakni, Natural, Berbesar Hati, Jelaskan Statusmu, dan Jalani Sepenuh Hati. Sebenarnya Benny sudah pula mencoba berkolaborasi dengan Rian. “Namun, baru sekarang ini chemistry kami nyambung,” ungkap Rian.

Sisa delapan lagu, dari selusin yang terdapat dalam album ini, ditulis oleh Rian. Semua materi yang ditulisnya, kata Rian, masuk dalam kualifikasi the best. “Saya tidak mau menahan-nahan komposisi terbaik untuk album berikutnya,” katanya.

Rian, yang menyukai presentasi menyeluruh dari sebuah album, menginginkan para pendengarnya mendengar karya terbaik band itu. Ia ingin para pendengar itu menyukai keseluruhan komposisi dalam album d’Masiv. “Bukan satu dua lagu saja,” katanya.
Itu yang kemudian membuatnya menyodorkan karya terbaiknya, dan d’Masiv berupaya keras mengaransemen semua komposisi itu menjadi tembang-tembang apik. Pilihan sound diperhatikan dengan seksama, vokal latar ditata sedemikian rapih, seksi ritem padu, dan melodi dalam interlude terasa makin berbobot.

Walhasil, album ini banyak menyodorkan cikal bakal anthem bagi para penggemar setia d’Masiv, dan membuka peluang bagi munculnya masiver-masiver baru. Jelaskan Statusmu memiliki peluang ke arah itu. Demikian pula Naksir, atau Nyaman.

Pada saat yang sama, d’Masiv juga ingin menjungkir-balikkan mitos yang ada selama ini yakni, pertaruhan, jatuh bangun, satu band terletak pada album ketiga. Mereka sebenarnya tidak terbeban dengan mitos itu. Tetapi, secara naluriah, d’Masiv tergelitk untuk memperlihatkan kedewasaan mereka dalam bermusik.
Album ini juga menampilkan sisi lain dari personil d’Masiv. Di lagu Nyaman, misalnya, Rian, Kiki, Wahyu, Rama, dan Rai bersama-sama memperdengarkan kemampuan bernyanyinya. Di ujung lagu, olah vokal mereka makin nampak jelas karena mereka bernyanyi dalam format acapela.
Sesuai dengan judul lagu tersebut, koor keroyokan ini menunjukkan nyamannya kebersamaan yang mereka bangun selama ini. Ada keinginan untuk tidak menjauh dari satu sama lain di dalamnya. Kekompakan ini juga terlihat sejak lagu itu baru berupa ide. “Semuanya dieksekusi dengan cepat karena satu sama lain memang sudah nyambung,” kata Rian.


Lagu Naksir mewakili sisi lain lagi dari d’Masiv. Di lagu ini, mereka menyodorkan kenakalan bermusik, yang sebelumnya tidak pernah dijumpai. Dimulai dengan kocokan gitalele, Naksir dibalut dengan nuansa baroque pop.
Lagu, yang dibuat dengan waktu cukup cepat (“Kebanyakan lagu hits kami dibuat dengan cepat,” ungkap Rian) , itu dibangun dengan struktur yang sangat sederhana, lugas, dan menurut Rian, “Keluar begitu saja, tanpa terlalu banyak dipikir.” Tak heran bila lagu ini dimasukkan dalam daftar single jagoan oleh Musica Studio’s, bersama Natural, Bertepuk Sebelah Tangan, dan Pergilah Kasih.


Di Aku Kehilanganmu, d’Masiv juga menyodorkan sesuatu yang berbeda. Lagu sepanjang 6 menit itu ditutup dengan lengkingan melodi Kiki sepanjang dua menit. Mungkin ini sajian melodi paling panjang yang pernah dipersembahkan d’Masiv, terutama Kiki.
Memang kalau tampil off air, Kiki kerap menyelipkan kepiawaiannya bermain gitar. Tetapi, untuk dimasukkan ke dalam album, baru kali ini ia melakukannya. Apalagi outro tadi membuat nuansa haru dramatis yang hendak ditampilkan makin terasa hingga ke ujungnya.


Sebuah tribute untuk Chrisye dipersembahkan d’Masiv di album terbaru mereka. Tembang Pergilah Kasih, karya Tito Sumarsono, menjadi pilihan mereka. Rian memiliki kenangan tersendiri untuk lagu ini. Ia sempat meneteskan air mata ketika Chrisye tampil di televisi membawakan lagu ini. Demi melihat penampilkan penyanyi legendaris itu, ada sebersit keinginan dalam diri Rian untuk suatu saat membawakan lagu itu. Keinginan tersebut terwujud.
Itu pula yang cukup membebani Rian ketika mencoba membawakan kembali lagu, yang juga melegenda itu. “Saya sedikit terbebani,” katanya. Untuk mengatasinya, Rian mencoba untuk masuk ke dalam lagunya, membayangkan Chrisye hadir di sebelahnya. Percaya tidak percaya, apa yang ia bayangkan itu menjadi kenyataan saat sesi take vocal berlangsung. “Bulu kuduk berdiri saat mengingatnya,” ungkap Rian.
D’Masiv sendiri tidak mengalami kesulitan ketika membawakan lagu tersebut. Semua sepakat untuk membawakan komposisi itu sesuai dengan warna asli d’Masiv. Tidak dilebih-lebihkan, ataupun dibuat menjadi seminimal mungkin.
Album ketiga ini juga membawa sejumlah perubahan dalam diri personil d’Masiv. Selain suasana kekeluargaan yang makin kental, masing-masing personil juga kembali mengulik instrumen mereka. Band ini juga memikirkan kemasan off-air mereka nantinya ketika membawakan materi dari album ini.
Semangat seperti di awal-awal berdirinya d’Masiv juga muncul kembali. “Kami sekarang latihan rutin seminggu sekali,” terang Rian. Sebelumnya, mereka hanya berlatih satu kali dalam sebulan saja. Latihan yang makin rutin itu, menurut Rian, adalah cara mereka untuk membangkitkan kembali energi-energi awal yang pernah ada.
Semua itu membuat “Persiapan” bisa disimpulkan ke dalam satu kata: matang. Selamat menikmati
* 
d’Masiv
PERSIAPAN
Musica Studio’s (2012)

Natural (Rian dan Benny Hadislani)
Bertepuk Sebelah Tangan (Rian)
Pergilah Kasih (Rian)
Jelaskan Statusmu (Rian dan Benny Hadislani)
Kehilanganmu (Rian)
Damai (Rian)
Nyaman (Rian)
Beri Kami Yang Terbaik (Rian)
Aku dan Kamu (Tuhan Yang Tahu)
Jalani Sepenuh Hati (Rian dan Benny Hadislani)
Berbesar Hati (Rian dan Benny Hadislani)
Naksir (Rian)

Diskografi:
Perubahan (2008)
Perjalanan (2010)

D’Masiv
Dwiki Aditya Marsall – Gitar
Nurul Damar Ramadan – Gitar
Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata – Bass
Rian Ekky Pradipta – Vokal
Wahyu Piadji - Drum

Selasa, 14 Agustus 2012

Wahyu Piadji

Nama                              : Wahyu Piadji  ( Why )
Tanggal Lahir                  : Jakarta 1 Feb 1987
Agama                            : Islam
Anak ke                          : 1 dari 3 bersaudara
Bokap                             : Mukradi
Nyokap                           : Sri Usyuni
Cita-cita                          : Orang Sukses
Warna Favorit                 : Abu-abu
Makanan Favorit            : Pecel Lele




Like

- Berjuang bersama-sama, karna dari kecil hal yang bener-bener gue tekunin dari mulai belajar Drum sampe punya band yang cukup dikenal.
Gue seneng banget berjuang bareng-bareng untuk ngewujudin cita-cita sampe akhirnya tercapai.....

Dislike
- Nunggu terlalu lama.

Nurul Damar Ramadhan

Nama                       : Nurul  Damar Ramadhan ( Rama )
Tanggal Lahir       : Jakarta 2 mei 1987
Agama                    : Islam
Anak ke                  : 4 dari 5 bersaudara
Bokap                      : Kasino Hudaeri
Nyokap                   : Alm. Warti   
    
  
     


Like
- Main ke toko - toko yang jual barang-barang klasik, soalnya gue lebih suka barang-barang jaman dulu daripada sekarang.

Dislike
- Orang yang belagu, yang sok berkuasa dan jadi some people do nothing but complain..... !! Bikin jijay

Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata

Nama                        : Rayyi Kurniawan  Iskandar Dinata ( Ray )
Tanggal Lahir             : Jakarta 03 maret 1988
Agama                      : Islam
Anak ke                    : 4 dari 4 bersaudara
Bokap                      : Achmad Adang
Nyokap                    : Yulisnawati
Cita-cita                   : Jadi Presiden
Warna Favorit          : Black & White
Tokoh Idola             : Bung Karno


Like
- Manggung di depan puluhan ribu penonton, dari depan sampe belakang nyanyi semua "Keren banget" gue suka banget.

Dislike
- Manggung dengan penonton "Rusuh".

Dwikky Aditya Marsall



Nama                           :  Dwikky Aditya Marsall ( Kiki )                    
Tanggal Lahir                : Yogyakarta 23 Nov 1988
Agama                         : Islam
Anak ke                       : 2 dari 5 bersaudara
Bokap                          : Daniel Rajasah
Nyokap                       : Siti Tri Mukhlihah
Cita-cita                       : Tur keliling dunia
Warna Favorit              : Ungu
Makanan Favorit         : Ayam goreng Mentega
Film Favorit                 : Knowing, Titanic

Like
- Durian, padahal dulu suka pusing dan gak suka.

Dislike
- Orang yang suka boong, orang yang ngomongin di belakang.

Rian Ekky Pradipta

Rian Ekky Pradipta d'Masiv



Nama                               : Rian Ekky Pradipta ( Rian )
Tanggal Lahir                    : Yogyakarta 17 Nov 1986
Agama                              : Islam
Bokap                              : Daniel Rajasah
Nyokap                            : Tri Mukhlihah
Warna Favorit                   : Hijau & Coklat
Makanan Favorit               : Ayam Goreng


Like

- Kalo karya gue bisa menginspirasi orang buat jadi lebih baik.

Dislike
- Gue paling merasa bersalah banget kalo sampe ditunggu, jadi daripada gue yang ditunggu mending gue yang lebih cepet dan dari dulu emang di jamin untuk menghargai waktu. Gue gak suka orang yang ngaret !

album perjalanan - d'Masiv


Tak berpuas diri dengan mencetak rekor penjualan digital total sekitar 7,5 juta kali unduh lewat dua rilisan sebelumnya – Perubahan (2008) dan Special Edition (mini-album, 2009) – d’Masiv bersiap melepas Perjalanan, album teranyar di penghujung tahun ini. Bukan tanpa alasan jebolan ajang kompetisi band A Mild Live Wanted 2007 ini, meniteli album tersebut, Perjalanan. “Seluruh materinya kami buat di sela-sela tur, atau di perjalanan. Sehingga kata ‘perjalanan’ memang paling pas buat menggambarkan album ini,” tutur Rian, vokalis, yang menyiptakan hampir seluruh materi di album ini.
Biar begitu, Rian dan kawan-kawan sama sekali tak merasa terbebani selama menjalani proses produksi album ini. Bahkan jika dibanding album debut, yang prosesnya disebut Rian bak “dikejar-kejar setan”, Perjalanan sepenuhnya dikerjakan dalam suasana rileks, in-control. “Kami semua punya cukup waktu untuk merevisi apa yang kami dengar dan rasa kurang. Kami pun punya keleluasaan untuk membuat lagu seperti yang kami inginkan,” terang Rian lagi.





Hal itu, tambah Rian, tak terjadi di album perdana. Mengejar deadline, kebanyakan materi yang ada di album terdahulu tercipta dengan metode jamming di studio. Tanpa kemudian didengar secara lebih detail terlebih dahulu, materi yang sudah disetujui oleh label – Musica Studio’s – langsung diusung ke dapur rekaman. Hasilnya, “Setelah dirilis ada saja yang menuduh kami sengaja menjiplak band ini atau itu. Padahal, itu tidak benar. Ketika jamming, apapun bisa terjadi. Termasuk munculnya nada-nada yang terdengar mirip dengan lagu lain…,” ujar Rian. “Ya. Ketika jamming, kami tak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang kami mainkan. Jadi mungkin saja kalau kemudian muncul melodi atau bagian yang mirip dengan lagu lain. Karena yang kami mainkan kan memang yang muncul di benak. Dan ketika kami pernah mendengar satu lagu, otomatis itu juga jadi sesuatu yang menempel di benak. Bisa muncul sewaktu-waktu tanpa kami sengaja…,” tambah Kiki, sang gitaris.

Ya tujuan utamanya, kami pengen menhindari tuduhan miring. Kami bukan mau buktiin sih, tapi pengen nunjukkin ternyata d’Masiv kreatif. Kami juga nggak bisa memprediksi apakah ada orang yang bakal bilang mirip lagi atau nggak. Kalau kami bilang sih, hebat banget. Gue nggak pernah denger lagunya, tapi bisa disama-samain. Berarti mereka dengerin lagu d’Massiv,” tambah gitaris Rama.
Berbekal pengalaman itulah, kini Rian, Kiki dan yang lain lebih berhati-hati. Setiap bagian lagu yang mereka buat didengar lagi berulang-ulang sebelum akhirnya diputuskan untuk dipakai. “Kalau ada keraguan, mirip lagu ini-itu, segera kami rubah atau bahkan buang sekalian!” sergah Rian.
Bisa jadi lantaran itu juga, biarpun masih mengandalkan dasar pop dengan balutan rock, lagu-lagu yang tersaji di album ini cenderung lebih variatif dibanding album sebelumnya. Tak melulu berkutat dengan power ballad yang manis, d’Masiv coba bereksperimen dengan genre lain. Sebut saja groove dansa yang cukup terasa di Semakin. Atau aroma bluesy yang mencuat di ”Apa Salahku” serta ”Menanti Keajaiban”. Sementara genre yang akhirnya menjadi trademark d’Masiv tetap tak tertinggal adalah pop rock.

  Single Rindu 1/2 Mati” bisa jadi contoh paling nyata. Tak berusaha keras untuk menjadi berbeda, singel ini polos mengusung segala apa yang selama ini jadi kekuatan d’Masiv. Melodi manis yang membalut barisan lirik sederhana namun mengena, disampaikan dengan gaya Rian yang – suka atau tidak – sangat pas untuk lagu macam ini. Banyak lagu lain yang betebaran di album berisi total 14 lagu – 12 lagu baru plus 2 singel dari mini-album Special Edition lalu. Sebagai band yang juga besar di panggung, d’Masiv tak jadi terlena dengan buaian “racun” ballad. Beberapa trek di album ini juga di-set sebagai “pembakar” panggung. Lengkap dengan part-part di mana para personil leluasa berbagi gimmick dan berimprovisasi dengan penonton.
Kompoaisi ”Ungkapkan Saja” bisa jadi contoh menarik tentang kepiawaian band ini bermain dengan progresi kord sehingga sebuah lagu jadi terdengar anthemic tanpa harus terkesan ngotot. Sangat pas dimainkan sebagai penggugah massa di atas panggung. Begitupun Menyegarkan yang beat-nya sejak awal mengajak kaki mengentak.


Secara garis besar, kami cukup puas dengan apa yang sudah kami kerjakan di album ini. Kami sama sekali tak terbeban saat membuat album ini. Tak seperti cerita-cerita band lain yang konon banyak merasakan tekanan ketika masuk ke album kedua. Proses kami (seperti) mengalir begitu saja…,” kata Rian.
d’Massiv menceritakan soal sampul album kedua mereka yang nuansanya sama dengan sampul album pertama: gambar para personel d’Massiv [selain Rian, ada gitaris Rama dan Kiki, bassis Ray, dan drummer Why], tanpa kepala dan anggota badan, hanya baju mereka yang terlihat. Bagi Rian, secara filosofis, gambar seperti itu bermakna mendalam: mereka ingin orang mendengarkan musiknya tanpa memandang siapa musisinya. Tapi, kata Rian, di album kedua yang diberi judul Perjalanan itu, ada yang istimewa. Mereka mengajak Massivers untuk ikut difoto di sampul album. Bahkan, di antara kerumunan itu, ada Massiv Haters—sebutan untuk pembenci d’Massiv.
“Soalnya bagaimanapun, mereka salah satu yang membuat kami jadi lebih baik,” kata drummer Why. “Apa yang kami buat, saking perhatiannya mereka selalu update dengan apa yang kami kerjain. Benci untuk mencinta,” tambah Rian



Perubahan telah mengantar d’Masiv ke sebuah Perjalanan. Sampai di mana ujung perjalanan itu? Tak ada yang tahu. Bisa jadi lurus namun singkat saja, bukan tak mungkin panjang tapi berliku dan penuh batu. Apapun, rasanya tak ada salahnya jika kita ikut menikmati perjalanan sebuah band bernama d’Masiv ini.




  

album special edition - d'Masiv


jangan menyerah

Saat band lain berlomba mencoba menikmati geliat ringback tone yang sedang booming, d’Masiv di tahun 2009 memberi penawaran yang berbeda. Sook 5 orang yaitu Rian Ekky Pradipta (vokal), Dwiki Aditya Marsall (gitar), Nurul Damar Ramadhan (gitar), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bass), dan Wahyu Piadji (drum) ini berusaha membuat orang mendengarkan kualitas rekaman terbaik dalam format CD.Mencoba membuat orang tetap menghargai keseluruhan lagu yang mereka ciptakan dalam harmoni. Kali ini yang mereka tawarkan adalah sebuah Special Edition yang akan memuaskan penikmat musik dalam bentuk audio dan visual. Special Edition ini berisi dua buah lagu yang akan dikemas dalam format audio cd, video klip dan versi karaoke. Jadi yang beli album ini selain terpuaskan indera pendengaran dan penglihatannya, akan bisa juga melatih kemampuan vokal mereka. Dua lagu yang ada di album ini adalah ”Jangan Menyerah” dan ”Mohon Ampun”. Dua lagu dalam mini album ini memang punya isi ketuhanan yang dalam. Walaupun dua lagu ini bukanlah diciptakan dalam rangka menyambut bulan ramadhan. ”Jangan Menyerah” dan” Mohon Ampun” murni tercipta disaat d’Masiv memang sedang berbicara dengan hati.







Berdebat dengan keadaan yang mereka rasakan, dan melihat yang terjadi di depan mata sendiri. Komposisi ”Jangan Menyerah”, yang sudah lebih dulu akrab di telinga kita, adalah sebuah lagu yang terinspirasi dari anak-anak penderita Kanker. Lagu yang tercipta hanya 5 menit sepulangnya Rian dari menghibur anak-anak penderita Kanker dalam acara amal bersama Yayasan Dharmais. Tanpa mereka berlima sadari, ternyata lagu ini bukan hanya menginspirasi para penderitakanker untuk tetap tegar menghadapi cobaan.Tapi lagu ini juga memberi semangat kepada semua orang untuk berbuat lebihbaik. Termasuk mereka berlima yang beberapa waktu lalu dihujani berbagai tuduhan soal karya musik mereka. Dan juga cobaan – cobaan besar dalam karir bermusik mereka.Mohon Ampun, lagu ini diakui Rian sudah tercipta beberapa tahun yang lalu. Saat mereka sedang berada dalam kekalutan. Merasa penuh dengan kesalahan dan dosa. Begitu dalamnya lagu ini membuat Rian menitikan air mata sewaktu proses rekaman. Malah bukan hanya sekali, tapi dua kali. Karena lagu ini memang selalu membuatnya teringat pada saat dia benar-benar berbicara dengan sang pencipta. Sekali lagi perlu diingat, album ini bukanlah album religi. Lagu-lagu mereka memang penuh dengan doa.

Album perubahan - d'Masiv

Konsep  perubahan menjadi imej yang hendak digelontorkan oleh lima sosok bersahaja yang tergabung dalam band d’Masiv yang terbentuk tahun 2003 ini. D’Masiv kenyang dengan urusan skill. Mereka termasuk band festival di Jakarta yang memilih progresif rock sebagai pijakan bermusik. Semua personilnya --dulu-- kerap pamer skill individu untuk menarik perhatian penonton. Dalam perjalanan D’Masiv menyadari ada kelemahan dari apa yang mereka tonjolkan waktu itu. Pilihan band yang terbentuk tahun 2003 ini pun berujung sukses. Mereka terpilih sebagai juara pada salah satu ajang musik nasional . A Mild Live Wanted 2007. D’Masiv memang punya skill dan performance yang apik. Secara fashion juga tampaknya sudah dipersiapkan dengan matang. Sebagai juara, mereka berhak atas album utuh dan tur selama setahun bareng sponsor.

Di awali dengan album kompilasi yang juga menjagokan single mereka. Bagi d’Masiv berbagai tingkatan peristiwa telah membawa nasib terang mereka pada sebuah titik perubahan yang akhirnya membawa mereka menyandang predikat berkelas, sebagai juara perdana A Mild Live Wanted 2007. Selain mengubah nama Massive menjadi d’Masiv yang pula mengubah segala imej fashion yang melekat dalam diri mereka, predikat juara menghantarkan band asal Jakarta ini berhak untuk mendapatkan sebuah kontrak ekslusif full album lewat label lokal bersinar di tanah air, Musica Studio's.
Album baru berisi materi-materi paling segar dan dinamis dari mereka berhasil digodok secara saksama dan intensif dengan Noey sebagai produser utama. Tangan dingin Noey yang dibantu oleh Capung yang sebelumnya terbukti nyata berhasil memperkaya ragam eksplorasi musikal produksi album Peterpan, Nidji, dan Letto diharapkan akan membawa hasil yang sama untuk finishing album d’Masiv yang bertajuk Perubahan (2008). Perubahan dari segala dinamika dan konsep membuat judul albumnya terasa penuh makna.


d’Masiv sendiri bukan nama asing, sebelumnya mereka ikut memeriahkan single perdana "Negeriku" bersama 8 finalis yang masuk dalam A Mild Live Wanted 2007 dan kemudian juga melempar single "Tak Bisa Hidup Tanpamu" serta "Il Fil (manusia Tak Berharga)" yang banyak diminati banyak penikmat musik tanah air.

Bagi vokalis Rian, Gitaris Kiki dan Rama, Bassis Ray serta Drummer Why di album perdana full mereka dibawah bendera Musica Studio's ini mereka mempercayakan pada single megah bartajuk "Cinta Ini Membunuhku." Akselerasi yang dibangun oleh duet gitar Kiki dan Rama berhasil dipadukan dengan bagusnya oleh permainan bas Ray serta ketukan pondasi yang mengalun dari Why. Semua itu ditambah oleh vokal Rian yang menyita perhatian, dimulai dari tarikan vokalnya dengan lirik yang cukup berani, "Kau membuatku berantakan…kau membuatku tak karuan…kau membuat ku tak berdaya…kau menolakku acuhkan diriku…" Kata "Berantakan" dipilih untuk menggambarkan kondisi hati yang tak karuan saat dilanda asmara tak terbalas menjadi pilihan diksi yang baru untuk wilayah penulisan musik pop di tanah air.


Makin mengukuhkan posisi d’Masiv jika kita menyimak secara seksama lagu "Merindukanmu." Komposisi yang ditatah sedemikan rupa membuat alur konstruksi kemasan nada yang teranyam indah bagai sebentuk permadani penyejuk hati ini dipastikan akan menjadi anthem terbaru bagi mereka yang dilanda hentakan asmara yang menggelora. Vokal magis Ryan berhasil mengukuhkan cita dan cipta yang maksimal di lagu ini.

Gitaris Rama dan Kiki berhasil membuat lead guitar yang indah menawan serta bangun konstruksi yang dipatenkan bassis Ray serta drummer Why dalam setiap komposisi lagu menghantarkan cita rasa dan tataran konsep musikal d’Masiv terarah dengan baik dan aman. Simak bagaimana padu padan itu tergambar jelas dalam komposisi "Cinta Sampai Di Sini" yang berhasil menuntun lagu ini menjadi sebuah mars pop cinta termutakhir.

Tak hanya mengemas lagu-lagu yang bernuansa pop ballads, d’Masiv pula piawai dalam membuat dentum musikal pop rock yang enerjik dan menghentak dinamis. Itu tersirat jelas dalam "Diam Tanpa Kata" yang membuktikan kedigdayaan mereka dalam bermain musik dengan skill yang memikat. Jika sebelumnya komposisi "Il Fil (Manusia Tak Berharga)" menjadi pembuktian akan keahlian mereka dalam menguasai instrumen masing-masing, maka lagu "Diam Tanpa Kata" makin mengukuhkan posisi d’Masiv sebagai band yang tak hanya cerdas membuahkan hasil berupa lagu pop ballads.


 


sejarah d'Masiv

www.dmasivonline.com

d'Masiv merupakan sebuah grup musik asal Indonesia yang berdomisli di Jakarta. Anggotanya 5 orang yaitu :
Rian Ekky Pradipta (vokal), Dwikky Aditya Marsall (gitaris),
Nurul Damar Ramadhan (gitaris),
Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bass), dan
Wahyu Piadji (drum).
Nama d'Masiv belakangan disejajarkan dengan band-band "papan atas" Indonesia seperti Ungu, Nidji, atau Peterpan karena popularitas lagu-lagu mereka.


     d'Masiv pertama kali dibentuk pada 3 Maret2003. Nama d'Masiv sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris"massive" sebagai semacam pengharapan agar bisa meraih hasil sebaik mungkin di kancah musik nasional.
Nama mereka mulai melambung setelah berhasil memenangkan kompetisimusikA Mild Live Wanted pada tahun 2007.d'Masiv akhirnya merilis album pertama mereka berjudul "Perubahan" pada tahun 2008 dengan lagu "Cinta Ini Membunuhku" sebagai lagu andalannya.
Lagu ini sangat populer sehingga semakin melambungkan nama mereka di kancah musik nasional. Di akhir tahun 2008, d'Masiv membuat wadah perkumpulan bagi para penggemarnya dengan nama Masivers.

Di tahun 2009, d'Masiv merilis mini album baru yang berisi 2 buah lagu berjudul "Mohon Ampun Aku" dan "Jangan Menyerah". Menurut Rian, vokalis d'Masiv, proses pembuatan mini album ini sangat singkat dan dirilis untuk menyongsong bulan Ramadhan yang jatuh pada pertengahan bulan Agustus 2009.

 
"Sebenarnya, dulu berenam, ada pemain keyboard. Tapi, dia keluar. Akhirnya, kalau manggung, kami pakai additional," kata Ray saat ditemui di studio Hanggar pada Rabu, 2/7-2008. Ketika itu, mereka sedang syuting klip Diam tanpa Kata garapan Rizal Mantovani.

Ray menilai, temannya yang tidak bergabung lagi tersebut sudah tidak satu visi dan misi dalam bermusik. "Pada intinya, dia tidak sabar," imbuhnya. Kesabaran memang menjadi kekuatan D'Masiv selama ini. Mereka mulai ngeband sejak 3 Maret 2003 dengan nama Massive. Ketika itu, mereka masih SMA. Mereka berbeda sekolah, tapi bersatu karena bertetangga di kawasan Ciledug, Tangerang.

Tapi, menurut Kiki -sapaan akrab Dwikky-, setelah jadi juara A Mild Most Wanted, nama Massive oleh Musica, perusahaan label yang menaungi mereka saat ini, diganti dengan D'Masiv. "Sebab, sudah ada yang pakai (nama Massive, Red). Artinya tetap sama, dari bahasa Inggris, sesuatu yang besar. Nama kan doa. Kami berharap suatu saat menjadi sesuatu yang besar di musik Indonesia. Amin," paparnya.

Festival yang disebut Kiki itu adalah festival terakhir bagi D'Masiv hingga sekarang. Sebelumnya, mereka mengikuti banyak festival, mulai setingkat rukun tetangga (RT) sampai Piala Menpora (menteri pemuda dan olahraga). Ryan dan kawan-kawan adalah "macan" karena hampir di semua festival yang diikuti menjadi juara. Hadiah yang diterima beragam. Saat mengikuti festival memperebutkan Piala Menpora, misalnya, D'Masiv juara dan berhak mendapatkan uang tunai Rp 10 juta. Terendah, mereka memperoleh hadiah uang Rp 1 juta dan Rp 500 ribu.

"Paling besar, yang di A Mild Most Wanted itu, dapat mobil APV dan uang Rp 61 juta, juga dikontrak oleh Musica," lanjut Ryan. Tapi, tutur Ray, sebelum terkenal seperti sekarang, setiap festival dirasa memiliki magnet kuat. Tidak peduli nilai hadiahnya, yang penting adalah eksis sebagai band yang rajin ikut lomba. "Walaupun hadiahnya kecil, yang penting, masih dapat uang untuk biaya latihan," paparnya.

Saat-saat tersulit adalah ketika tamat SMA, tepatnya pada 2005. Orang tua tidak lagi memberikan uang jajan. Sehingga, tidak ada uang sisa untuk patungan latihan. Sementara itu, ada orang tua yang meminta mereka berhenti main band untuk melanjutkan kuliah. "Tapi, lama-lama, orang tua bosan ngasih tahu. Sebab, kami tetap pengin main band," kenangnya.

Solusinya, d'Masiv turun ke jalan dan menjadi pengamen. Mereka "manggung" membawa drum tamtam yang biasa digunakan oleh banyak pengamen di atas metro mini 69 jurusan Ciledug-Blok M. "Di rumah makan juga. Tapi, kami nggak menyanyikan lagu orang. Kami membawakan lagu ciptaan sendiri," ujar Damar. Menurut Ryan, mengamen itu sekalian menjadi tes mental karena pendengar di kendaraan atau rumah makan berbeda dengan pendengar saat festival.

"Tapi, kami tidak menjadikan mengamen sebagai profesi. Sebatas upaya dapat uang Rp 40 ribu lebih. Sebab, biaya latihan di studio itu Rp 40 ribu per dua jam," jelasnya. Jika lebih, uang tersebut digunakan untuk mendaftar di festival berikutnya. Menurut Wahyu, uang hasil mengamen dan festival itu dipakai untuk menyambung kiprah mereka agar tetap bertahan sebagai sebuah band.

Sebelum merilis album Perubahan yang saat ini mendapatkan penghargaan platinum karena penjualannya mencapai 75 ribu kopi, pada 2006 mereka merilis album indie berjudul Menuju Nirwana.
"Mungkin kurang promosi dan manggung, ya terbengkalai," ucapnya. Ryan menambahkan, segala hal yang dilewati sebelum menjadi seperti sekarang adalah proses yang sangat berharga."Akhirnya, kami bisa belajar dari kesalahan-kesalahan kemarin," terangnya.